Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi mengumumkan kebijakan Tarif Resiprokal yang lebih dikenal sebagai “Tarif Trump” dengan memberlakukan bea masuk tambahan untuk impor dari negara-negara yang memiliki defisit perdagangan besar terhadap AS, termasuk Indonesia. Kebijakan ini merupakan bagian dari inisiatif Liberation Day yang bertujuan mengurangi ketergantungan Amerika pada produk impor dan mendorong industri manufaktur domestik.
Skema tarif baru tersebut mencakup bea universal sebesar 10% untuk semua barang impor ke AS, ditambah bea tambahan sebesar 22% untuk Indonesia, sehingga total bea masuk menjadi 32%. Bagi pelaku ekspor, terutama di sektor manufaktur dan alat kesehatan, kebijakan ini tentu membawa tantangan. PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI), salah satu eksportir ternama produk medical latex gloves ke pasar Amerika Serikat, termasuk yang terdampak secara langsung.

Namun demikian, perusahaan menyambut kabar baik bahwa penerapan tarif ini ditunda selama tiga bulan. Waktu tersebut menjadi ruang berharga bagi SURI untuk melakukan penyesuaian strategi dan memperkuat koordinasi dengan para mitra bisnis utama di Amerika Serikat.
Didirikan lebih dari tiga dekade lalu, SURI memiliki fondasi yang sangat kuat di pasar Amerika. PT Maja Agung juga mengekspor dengan brand sendiri yang bernama Shamrock, memperkuat posisinya di pasar global. Reputasi perusahaan telah terbentuk secara konsisten selama 30 tahun terakhir, didukung oleh jaringan distribusi yang mapan dan produk yang telah diakui luas oleh pelanggan di AS karena kualitas dan keandalannya. Hubungan jangka panjang dengan distributor lokal dan berbagai kontrak pengadaan yang telah disepakati jauh sebelum kebijakan tarif diumumkan menjadi perisai alami yang meredam dampak kebijakan tersebut secara langsung.
Di tengah perubahan kebijakan global, permintaan terhadap produk lateks tetap kokoh. Produk-produk SURI masih dibutuhkan secara luas, baik untuk kebutuhan medis, industri, maupun konsumen, dengan dukungan permintaan yang stabil dari mitra global. Di sisi lain, efisiensi operasional tetap menjadi kekuatan utama SURI. Fasilitas produksi berteknologi tinggi memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan margin keuntungan meskipun ada tekanan biaya akibat tarif baru.
Direktur Pemasaran SURI, Engel Stefan, menyampaikan bahwa perusahaan tidak hanya siap menghadapi kebijakan ini, namun juga telah memitigasi risikonya melalui pendekatan strategis yang menyeluruh.
“Kami telah memitigasi risiko ini dengan memperkuat efisiensi operasional dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan inti. Kebijakan penundaan 3 bulan juga memberi kami ruang untuk koordinasi lebih baik dengan mitra strategis di AS,” ujarnya.
Direktur Pemasaran SURI, Engel Stefan
Dengan pengalaman panjang, loyalitas pasar yang telah terbentuk, serta kesiapan operasional yang solid, PT Maja Agung Latexindo Tbk menyambut tantangan ini dengan penuh keyakinan. Perusahaan tetap fokus untuk menjaga kepercayaan pasar, memastikan kelangsungan distribusi global, dan terus memperkuat kontribusinya terhadap industri alat kesehatan nasional maupun internasional.